Serial Kisah Pramuka : Soemardjo

Serial Kisah Pramuka : Soemardjo


SOEMARDJO

Usai sudah perhelatan Jambore Kepanduan Sedunia V di Vogelenzang, Belanda, pada 1937. Setelah dibuka secara resmi oleh Ratu Wilhelmina pada 31 Juli 1937, perkemahan besar yang diikuti 28.750 pandu berusia antara 12 sampai 17 tahun dari berbagai negara itu, ditutup oleh Bapak Pandu Sedunia, Lord Baden-Powell.

Indonesia yang ketika itu masih bernama Hindia-Belanda, ikut pula mengirimkan kontingen. Tercatat secara resmi ada 72 anggota kontingen yang terdiri dari para pandu dan pembina mereka. Pimpinan kontingen Kepanduan Hindia-Belanda dipegang oleh GJ Ranneft, seorang pembina pandu berkebangsaan Belanda yang juga merupakan Ketua NIPV*, sedangkan wakilnya adalah Soemardjo, seorang tokoh pandu bumiputera asal Bandung yang merupakan pimpinan Pandoe Indonesia**.

BACA JUGA :
1. Serial Kisah Pramuka : Hadi
2. 
Serial Kisah Pramuka : Taufik
3. 
Serial Kisah Pramuka : Erwin


Setelah hampir dua bulan bersama-sama dalam perjalanan menggunakan kapal laut dari Pelabuhan Tanjung Priok di Batavia*** menuju Pelabuhan Rotterdam di Belanda, lalu dua minggu lebih di arena jambore, usai juga beragam kegiatan persaudaraan antarpandu seluruh dunia itu. Ranneft memberi salam pada Soemardjo, kemudian memeluknya.

“Terima kasih untuk bantuanmu,” ujar Ranneft.

“Terima kasih juga untukmu, saudaraku,” balas Soemardjo.

Mereka baru saja selesai mendengarkan kata-kata perpisahan Bapak Pandu Sedunia yang berbicara dari panggung di lapangan utama arena jambore tersebut. Sambil memegang “Jacob’s Staff”, lambang jambore yang terbuat dari kayu, Lord Baden-Powell mengucapkan kata-kata perpisahannya.

“Now the time has come for me to say good-bye. Sekarang tiba waktunya bagi saya untuk mengucapkan selamat tinggal,” ujar Baden-Powell, “Saya ingin kalian semua menjalani kehidupan yang bahagia. Anda tahu bahwa banyak dari kita tidak akan pernah bertemu lagi di dunia ini. Saya berusia delapan puluh satu tahun dan mendekati akhir hidup saya. Sebagian besar dari Anda berada di awal usia dan saya ingin hidup Anda bahagia dan sukses.“

Begitu catat Soemardjo dalam buku hariannya. Pimpinan Pandoe Indonesia itu juga mencatat bahwa Baden-Powell kemudian menambahkan, setiap pandu dapat mewujudkan hidup bahagia dan sukses dengan melakukan yang terbaik dan menjalankan kode kehormatan berupa janji pandu sepanjang hari, di mana pun seorang pandu ditempatkan dan di mana pun dia berada.”

Baden-Powell juga mengharapkan agar semua peserta dan panitia menyimpan lambang jambore yang dijadikan badge**** dan dijahit pada seragam mereka. 

"Saya menyarankan agar Anda menyimpannya dan menghargainya dan mencoba mengingat saat-saat bahagia yang Anda alami selama di perkemahan,” kata Baden-Powell sambil mengangkat lambang jambore dari kayu itu.

Sambil memperhatikan kembali badge peserta jambore yang dijahit pada seragamnya, tanpa sadar Soemardjo menitikkan air mata. Bukan hanya dia seorang, banyak pandu lainnya juga terharu, mendengarkan kalimat perpisahan dari Bapak Pandu Sedunia itu. Perpisahan yang memang benar-benar terjadi, karena Baden-Powell wafat pada 1941. Jambore Kepanduan Sedunia 1937 di Belanda itu merupakan jambore dunia terakhir yang dihadiri Baden-Powell.

Sebenarnya Jambore Kepanduan Sedunia VI di Prancis sudah direncanakan akan diadakan pada 1941. Namun mulai pecahnya perang di daratan Eropa yang kemudian membesar menjadi Perang Dunia II, membuat rencana itu ditunda. Baru setelah perang berakhir, Jambore Kepanduan Sedunia VI diadakan di Prancis pada 1947.

Perang yang meluluhlantakkan banyak negara. Sebagian pandu yang tadinya bersama-sama dalam lingkaran persaudaraan di jambore dunia, menjadi seperti terpecah, ketika masing-masing membela negaranya, termasuk di Hindia-Belanda.

Seperti pernah dikisahkan dalam novel “Oeroeg” karya sastrawan Belanda terkenal, Hella S. Hasse, kisah tentara Belanda bernama Johan dan prajurit Indonesia, Oeroeg, benar-benar terjadi. Kedua orang yang masa kecilnya pernah bermain bersama, ketika besar menjadi lawan. Kisah itu diakhiri dengan pertemuan antara Johan dengan Oeroeg saat terjadi pertukaran tawanan perang antara Belanda dan Indonesia.

Di banyak negara, pandu dari negara A terpaksa menjadi lawan pandu dari negara B dalam pertempuran Perang Dunia II. Namun, dalam banyak kisah yang diceritakan dari mulut ke mulut, setiap kali terjadi perjumpaan antara pandu satu dengan pandu lawannya, setiap kali pula terwujud ikatan batin persaudaraan. Begitu melihat ada yang mengenakan lambang pandu di kalung atau pin****** yang dijepit di baju, maka mereka langsung menyadari bahwa yang ditemui adalah saudara. “Seorang pandu adalah saudara bagi pandu lainnya,” begitu salah satu janji pandu.

Mereka yang tadinya bermusuhan dan mungkin sudah siap saling membunuh, akhirnya memilih bergerak ke arah berlawanan, sehingga tidak perlu membunuh lawannya. Itulah juga sebabnya, para pandu bersorak gembira ketika Perang Dunia II berakhir. Sama seperti harapan Bapak Pandu Sedunia saat penutupan Jambore Kepanduan Sedunia V pada 1937, bahwa jambore akan,” mengingatkan Anda tentang banyak teman yang telah Anda jumpai dan jadikan saudara, dan dengan demikian membantu mewujudkan perdamaian di antara umat manusia.”

Kata-kata Baden-Powell yang terus digemakan para pandu di seluruh dunia lewat slogan “Scouts, creating a better world”, yaitu para pandu membantu membuat dunia lebih baik dengan berbagai aksi perdamaian yang dilakukan di semua tempat.


Catatan Kaki:

* NIPV
adalah singkatan dari Nederland Indische Padvinder Vereeniging, organisasi gerakan pendidikan kepanduan utama di Hindia-Belanda, yang umumnya beranggotakan anak dan remaja Belanda dan keturunannya, serta sedikit pandu keturunan Tionghoa dan bumiputera.
**Pandoe Indonesia adalah suatu organisasi gerakan pendidikan kepanduan yang dibentuk oleh para bumiputera dan pendidikannya dilakukan dalam Bahasa Indonesia. Pandoe Indonesia mengakui keberadaan NIPV sebagai organsasi kepanduan utama di Hindia-Belanda, dan sebaliknya NIPV juga menjalin persahabatan dengan Pandoe Indonesia.
***Batavia adalah nama kota Jakarta sebelum Indonesia merdeka.
****Badge adalah lambang dari kain, dulu hanya disablon, tetapi saat ini banyak badge yang dibuat dengan teknik bordir menggunakan komputer.
*****Pin adalah lambang dari logam atau plastik. alert-info



Tulisan Kak Berthold/info/button  wYMzmJ.jpgKisah ini merupakan tulisan semi dokumenter, tulisan yang diangkat dari kisah sebenarnya, bersumber dari sejarah Gerakan Pendidikan Kepanduan di Indonesia. alert-success


Post a Comment

أحدث أقدم
close
tunasmandiricorp