Serial Kisah Pramuka : Astrid

Serial Kisah Pramuka : Astrid

ASTRID

Astrid marah bukan kepalang. Ucapan Bimo benar-benar terasa menyinggung harga dirinya. Semuanya bermula ketika diadakan latihan gabungan pasukan putra dan pasukan putri dari gugusdepan yang berpangkalan di SMP Negeri 1. Biasanya, seperti aturan yang berlaku dalam Gerakan Pramuka, latihan dilakukan dalam bentuk satuan terpisah, Pasukan Pramuka Penggalang Putra* dilatih oleh kakak-kakak Pembina Putra, Sedangkan Pasukan Pramuka Penggalang Putri dilatih oleh kakak-kakak Pembina Putri.

Namun, kali ini dilakukan latihan gabungan, sekaligus untuk menyeleksi calon peserta Jambore Kwartir Cabang** yang akan diadakan tiga bulan lagi. Kak Yanto dan Kak Ningsih, yang merupakan pembina pasukan putra dan putri, sepakat untuk mengadakan latihan bersama dan saling menilai siapa saja yang dianggap cocok untuk mewakili gugusdepan mereka alam jambore nanti.

BACA JUGA :
1, Serial Kisah Pramuka : Ita
2. Serial Kisah Pramuka : Intan
3. Serial Kisah Pramuka : Sita


Untuk itu, pihak gugusdepan telah meminjam lapangan luas yang biasa digunakan latihan halang rintang*** bagi prajurit TNI. Baru saja tiba di tempat itu, Bimo langsung berkomentar, “Anak perempuan mendingan nggak usah ikut, Kak. Kasihan mereka, bakalan susah melewatinya.”

Mendengar itu, Astrid marah. “Kamu nggak pantas berkata seperti itu. Kamu pramuka atau bukan sih?” balas Astrid.

Kak Ningsih segera menengahi keduanya. Sedangkan Kak Yanto kemudian mengumpulkan semua peserta. “Benar, Bimo kamu tidak pantas berkata meremehkan teman-teman putri,” ujar Kak Yanto, “Pramuka itu terbuka untuk semua. Walaupun dalam latihan mingguan kita melakukannya dengan bentuk satuan terpisah antara putra dan putri, tetapi ada saat-saat kita melakukannya bersama-sama. Tentu saja latihan bersama itu terbuka untuk putra dan putri, dan bentuk latihannya pun tidak dibedakan.”

BACA JUGA : Serial Kisah Pramuka (seri komplit)


Kak Yanto melanjutkan ucapannya dengan bercerita tentang keberadaan para peserta putri dalam gerakan pendidikan kepanduan. “Memang, awalnya Baden-Powell yang kemudian dijuluki sebagai Bapak Pandu Sedunia, menggagas kegiatan untuk anak-anak dan remaja putra. Dia mengajak 20 anak dan remaja laki-laki dari Kota London dan sekitarnya untuk berkemah di Pulau Brownsea. Catatan-catatan Baden-Powell tentang perkemahan itu kemudian dituliskannya dalam enam seri tulisan mulai Januari 1908 sampai beberapa bulan kemudian, yang kemudian dibukukan dengan judul “Scouting for Boys”. Inilah awal mula lahirnya gerakan pendidikan kepanduan,” kisah Kak Yanto.

Buku itu diminati bukan hanya di Inggris, tetapi juga menyebar ke banyak negara. Gerakan pendidikan kepanduan itu pun berkembang ke banyak negara. “Saat ini, ada 171 organisasi nasional gerakan pendidikan kepanduan di seluruh dunia, dan jumlah anggotanya lebih dari 50 juta orang,” tambah Kak Yanto.

Kak Yanto meneruskan kisahnya. Walaupun pada awalnya gerakan pendidikan kepanduan hanya terbuka untuk anak dan remaja putra, belakangan Baden-Powell tidak menolak para putri untuk ikut bergabung. “Mungkin kalian ada yang sudah mendengar ketika ada defile para pandu di Inggris pada 1909, Baden-Powell melihat ada satu regu yang terdiri dari remaja putri,” tutur Kak Yanto.

Menurut Kak Yanto, kehadiran para remaja putri itu bukan yang pertama dalam gerakan pendidikan kepanduan. Hanya dua bulan setelah seri pertama tulisan Baden-Powell itu terbit, dia menerima informasi dari seorang perempuan bernama May Jones. Baden-Powell kemudian mengirim surat kepada si perempuan, yang isinya:

“Miss May Jones,

I am glad to hear you are taking up scouting. I think there can be girl scouts just as well as boy scouts, and hope you will form a patrol, and let us know as yours will be the first girl scout patrol.

You can work on just the same lines as the boys, and so need not do much more dusting and sewing than they, although a little of both are often necessary for a scout.

Wishing you all success.

Yours truly Baden-Powell.”

Dari surat itu jelas terlihat bahwa Baden-Powell gembira dan tidak menolak kehadiran para anak dan remaja putri untuk berkegiatan kepanduan. Akhirnya Baden-Powell meminta adiknya, Agnes, untuk memimpin para remaja putri yang ingin berkegiatan dalam gerakan pendidikan kepanduan. Kelak, peran Agnes digantikan setelah Baden-Powell menikah. Istri Baden-Powell, Olave St Clair Soames yang kelak dikenal dengan sebutan Lady Baden-Powell, menjadi pemimpin gerakan pendidikan kepanduan di bagian putri.

Kisah yang diceritakan Kak Yanto rupanya menambah semangat Astrid dan kawan-kawannya. Seperti terlihat dalam latihan halang rintang. Awalnya, ketika masing-masing diminta merayap di bawah jaring kawat dan memanjat dinding kayu, sebagian peserta putri tampak tertinggal dibandingkan peserta putra. Namun, hal itu tak mematahkan semangat Astrid dan kawan-kawannya.

Ketika lomba berkelompok, saat setiap regu diminta berbaris dari depan ke belakang dan kaki mereka diikat dengan kaki teman di belakangnya, regu yang dipimpin Astrid ternyata memenangkan lomba. Hal itu tak lain karena Astrid mampu mengatur regunya dengan baik, memerintahkan untuk mengangkat kaki dan bergerak bersamaan.

Astrid kini tak marah lagi.



Catatan Kaki:

*Pramuka Penggalang adalah golongan bagi pramuka yang berusia antara 11 sampai 15 tahun. Mereka dikelompokkan dalam regu-regu yang terdiri dari 6 sampai 8 orang, kemudian regu-regu tersebut dihimpun dalam pasukan yang jumlahnya paling banyak terdiri dari 4 regu.
**Jambore adalah perkemahan besar bagi Pramuka Penggalang, dan diadakan mulai dari tingkat Kwartir Ranting (tingkat kecamatan), Kwartir Cabang (kabupaten/kotamadya), Kwartir Daerah (provinsi), sampai Jambore Nasional, dan bahkan jambore internasional. Jambore biasanya berlangsung antara 5 sampai 8 hari di suatu bumi perkemahan yang dijadikan arena jambore tersebut, dan diisi dengan berbagai kegiatan menarik di alam terbuka bagi para peserta yang “berumah” dalam tenda-tenda di sana.
***Latihan halang rintang adalah latihan di alam terbuka untuk meningkatkan kebugaran dan kemampuan fisik seseorang, di mana peserta harus melewati berbagai bentuk rintangan yang telah disiapkan. Mulai dari merayap di bawah jaring kawat, memanjat dinding kayu, melompati kolam dengan berlari di atas batu-batu yang tersedia, dan banyak lagi. alert-info


Tulisan Kak Berthold/info/button  wYMzmJ.jpgKisah ini merupakan tulisan semi dokumenter, tulisan yang diangkat dari kisah sebenarnya, bersumber dari sejarah Gerakan Pendidikan Kepanduan di Indonesia. alert-success


Post a Comment

أحدث أقدم
close
tunasmandiricorp