PAK TARDI
Kunjungan Bapak Pandu Sedunia, Lord Baden-Powell, bersama istri dan anak-anaknya ke Hindia-Belanda pada 1934, disambut hangat oleh hampir semua pandu. Bahkan meskipun kabarnya ada larangan untuk hadir bagi pandu-pandu yang organisasi pendidikan kepanduannya tidak berinduk kepada NIPV *, pada kenyataannya tetap saja ada satu-dua pandu non-NIPV yang ikut hadir. Sebagian tidak mengenakan seragam pandu mereka, hanya berpakaian biasa, yang penting dapat melihat dari dekat Bapak Pandu Sedunia itu.
Bukan hanya di Batavia**, di tempat lain pun kehadiran Baden-Powell disambut gembira. Seperti ketika rombongan Bapak Pandu Sedunia pergi ke Semarang, berwisata ke Candi Borobudur, dan selanjutnya pergi ke Surabaya. Ada saja pandu non-NIPV yang hadir, walaupun kehadiran mereka tidak mengenakan seragam pandu.
BACA JUGA :
1. Serial Kisah Pramuka : Bram
2. Serial Kisah Pramuka : Pranoto
3. Serial Kisah Pramuka : Soemarjo
Bagi pandu lainnya, yang karena rumahnya jauh dari tempat-tempat yang dikunjungi rombongan Bapak Pandu Sedunia itu, mereka mengikutinya dari pemberitaan di surat kabar, seperti berita-berita di surat kabar “Bintang Timoer”. NIROM*** yang baru didirikan pada tahun itu, ikut pula menyiarkan kunjungan Baden-Powell itu. Terutama melalui pemancar radio Bataviaasche Radio Vereniging yang mengudarakan siarannya dari Hotel des Indes****.
“Semua bergembira menyambut kedatangan Bapak Pandu Sedunia dan keluarganya itu,” ujar Kak Supangkat di depan Pasukan Pramuka Penggalang***** di gugusdepannya.
Kak Supangkat sedang menceritakan kisah kedatangan Lord Baden-Powell dan istrinya, Lady Baden-Powell, bersama anak-anak mereka ke Indonesia yang ketika itu masih bernama Hindia-Belanda.
Di pojok halaman gugusdepan itu yang berpangkalan di sebuah sekolah dasar, tampak beberapa lelaki dan perempuan dewasa. Kelompok orangtua yang bersiap menjemput anak-anak mereka seusai latihan nanti. Walaupun sudah masuk golongan Pramuka Penggalang, tetapi anak-anak itu masih duduk di bangku SD, sehingga sebagian besar orangtua mereka memilih untuk menjemput daripada membiarkan anak-anak itu pulang sendiri dari latihan kepramukaan.
Seorang di antara merekai yang terlihat mengikuti uraian kisah yang diceritakan Kak Supangkat, tiba-tiba berkomentar, “Ah, apa betul semua gembira menyambut kedatangan Baden-Powell?”
“Lho, memang kenapa Pak Tardi?” Bukannya menjawab pertanyaan laki-laki yang dipanggil Pak Tardi itu, lelaki lainnya justru bertanya balik.
“Ya, saya dengar gosip, ternyata nggak semua suka dengan Baden-Powell,” ujar Pak Tardi.
“Kenapa?”
Para orangtua yang hendak menjemput anak-anak mereka kini berkumpul mengelilingi Pak Tardi. Mereka ingin tahu alasan ada yang tidak suka pada Baden-Powell.
“Lihat saja, patung Baden-Powell di Pelabuhan Poole sampai dipindahkan. Katanya, ada hubungannya dengan gerakan Black Lives Matter******, itu lho gerakan membela orang kulit hitam. Baden-Powell kan kulit putih dan pernah berperang di Afrika, termasuk melawan orang-orang kulit hitam di sana,” jelas Pak Tardi.
Pak Nyoman yang mendengarkan ikut berkomentar. “Rasanya kurang tepat bila Baden-Powell dikaitkan dengan gerakan Black Lives Matter, apalagi dianggap beliau rasialis. Baden-Powell kan hidup di zaman ketika bangsa kulit putih masih menjajah ke mana-mana, sampai ke Afrika, pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20,” ujar Pak Nyoman.
Pak Nyoman menambahkan, Baden-Powell sebagai prajurit tentu harus mengikuti perintah komandannya untuk berperang di Afrika. Namun, belakangan Baden-Powell justru tak menyukai perang, apalagi menjajah orang lain. Itulah sebabnya dia menginisiasi lahirnya gerakan pendidikan kepanduan, yang berusaha membentuk karakter kaum muda menjadi manusia yang siap menolong orang lain dan menghargai sesama mahluk hidup.
“Lagi pula, patung Baden-Powell itu telah dikembalikan lagi ke tempatnya di Pelabuhan Poole,” tambah Pak Nyoman.
Masih kurang puas, Pak Tardi mengungkapkan gosip lainnya. Baden-Powell dicurigai seorang pedofil*******. “Bukan saya yang bilang, tapi ada saja yang berkata seperti itu, makanya Baden-Powell bikin organisasi yang anggotanya anak-anak dan remaja,” kata Pak Tardi lagi.
“Ah, gosip yang sudah sering dibantah. Buktinya Pak Tardi sendiri setuju anakmu ikut latihan pramuka.” Kali ini Ibu Dewi yang berbicara, “Bukankah dalam semua buku maupun kegiatan kepanduan yang dilakukan Baden-Powell, beliau selalu menekankan kita harus selalu bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan menjauhi larangannya. Baden-Powell bukan hanya pintar menulis atau bicara, tetapi sudah terbukti dalam banyak kesempatan, dia mempraktikkan dalam kehidupan sehari-hari. Tidak pernah ada bukti atau informasi apa pun yang menyebutkan Baden-Powell seorang pedofil.”
“Betul. Itu hanya gosip murahan yang disebarkan orang yang tak senang pada kepanduan dan kepramukaan,” tambah Ibu Lastri.
Para orangtua masih sibuk berbincang-bincang, ketika anak-anak mereka mendekat. Latihan kepramukaan sudah selesai. Setelah mengucapkan salam dan terima kasih kepada Kak Supangkat dan beberapa Pembina Pramuka di sana, para orangtua mengajak anak-anak mereka pulang ke rumah masing-masing. Ada yang berjalan kaki karena rumahnya dekat pangkalan gugusdepan itu, ada yang dibonceng ayahnya naik motor, dan ada juga yang naik mobil.
Di dalam mobil saat pulang, Irwan berkata kepada ayahnya, “Kak Supangkat tadi berpesan, sejak kecil kami harus belajar untuk tidak bergosip, berbicara hal-hal yang tidak benar atau belum kita ketahui kebenarannya. Seperti Baden-Powell yang mengajak kita untuk selalu suci dalam pikiran, perkataan, dan perbuatan.”
Pak Tardi, ayah Irwan, mengangguk.
Catatan Kaki:
*NIPV adalah singkatan dari Nederland Indisiche Padvinders Vereeniging, organisasi utama pendidikan kepanduan di Hindia-Belanda yang karena tekanan dari pemerintah kemudian melarang pandu dari organisasi pendidikan kepanduan non-NIPV untuk ikut menyambut kedatangan Bapak Pandu Sedunia. Pemerintah Hindia-Belanda saat ini mulai curiga dengan organisasi pendidikan kepanduan yang didirikan kaum bumiputera yang mendukung perjuangan kemerdekaan Indonesia.
**Batavia kini bernama Jakarta.
***NIROM adalah singkatan dari Nederlandsch-Indische Radio Omroep Maatschappij atau Maskapai/Perusahaan Siaran Radio Hindia-Belanda. Pendirian NIROM telah dilakukan sejak 1928, akan tetapi baru pada 1934 siaran radio itu mengudara. Kelak setelah Indonesia merdeka, NIROM dilebur menjadi Radio Republik Indonesia (RRI).
****Hotel des Indes adalah hotel terbesar di Batavia, yang kini sudah dihancurkan dari lahannya menjadi pusat pertokoan Duta Merlin di Jalan Gajah Mada, Jakarta Pusat.
*****Pramuka Penggalang adalah golongan pramuka yang berusia antara 11 sampai 15 tahun.
******Black Lives Matter adalah gerakan yang mendukung bahwa manusia kulit hitam juga berharga. Ini merupakan gerakan aktivis mancanegara, yang dimulai dari komunitas Afrika Amerika, yang aktif dalam menentang kekerasan maupun rasisme sistemik terhadap orang kulit hitam. Belakangan, gerakan ini semakin membesar ketika seorang kulit hitam Amerika Serikat bernama George Flyod ditangkap dan kemudian dibunuh oleh polisi yang menangkapnya pada Mei 2020.
*******Pedofil adalah istilah yang merujuk pada orang yang mengidap gangguan seksual berupa nafsu seksual terhadap anak-anak atau remaja berusia di bawah 14 tahun. alert-info
Tulisan Kak Berthold/info/button
