Pemerintah Kota Yogyakarta luncurkan prangko seri Malioboro untuk menyambut perayaan HUT ke-76 Kota Yogyakarta. Ada tiga desain yang diluncurkan yaitu Teras Malioboro, Ketandan Malioboro, dan Ngejaman Malioboro. Ketiga prangko itu menggambarkan Malioboro dalam beberapa aspek.
BACA JUGA : Dinas Kebudayaan Kota Yogyakarta Selenggarakan FGD Finalisasi Prangko Malioboro
“Malioboro memanglah ruang nyata dalam kehidupan, yang lahir dari rahim masyarakat, sebagai bagian bagi kehidupan sosial mereka. Ruang, seperti halnya waktu, mempunyai hubungan yang unik dengan manusia. Bukan hanya karena manusia hidup di dalamnya, tetapi terutama karena manusia juga menghidupinya dengan jiwa dan kehangatan,” ujar Wakil Gubernur DIY, KGPAA Paku Alam X saat membacakan sambutan Gubernur DIY ketika membuka acara Peluncuran Prangko Malioboro tanggal 7 Juni 2023.
Tim www.filatelipramuka.com secara khusus diundang untuk mengikuti Talkshow Prangko dan Malioboro bertempat di The Phoenix Hotel Yogyakarta Jl. Jenderal Soedirman No.9 Yogyakarta (9/6/2023).
"Malioboro merupakan sebuah kawasan bertemunya berbagai kepentingan, maka perlu dilakukan kajian yang lebih mendalam untuk mengenalkan Malioboro dari berbagai sudut pandang”, kata Kepala Dinas Kebudayaan Kota Yogyakarta, Yetti Martanti, melalui keterangan resminya.
“Inisiasi penerbitan prangko oleh Pemerintah Kota Yogyakarta ditindaklanjuti melalui proses kerja yang pararel dari Desember 2022 hingga akhirnya terbitlah tiga visual seri prangko Malioboro dengan QR Code,” tambah Yetti.
Berikut deskripsi Prangko Seri Malioboro.
Ketandan Malioboro Presentasi dari Malioboro sebagai ruang pluralis bagi semua entitas yang hidup di Yogyakarta. Ketandan menjadi penanda etnis Tionghoa yang hidup harmonis di tengah masyarakat Jawa. Dari perspektif sejarah, Ketandan merupakan toponimi masyarakat tandha pasar (pemungut pajak) bagi pedagang di Pasar Beringharjo pada masanya.
Ngejaman Malioboro Dahulu, Tugu Ngejaman bernama stadsklok atau jam kota. Tugu Ngejaman menjadi ikon Malioboro lintas masa sekaligus presentasi dari sejarah yang terjadi sepanjang evolusi ruas jalan ini. Tugu Ngejaman merupakan persembahan dari Pemerintah Kolonial Hindia Belanda yang kembali berkuasa setelah pemerintahan Inggris, yakni pada 1811-1816.