Serial Kisah Pramuka : Dion

Serial Kisah Pramuka : Dion


 
DION


“Kak, apa arti kata pandir?”

Dion bertanya saat membaca buku “Scouting for Boys”* yang telah diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia. Buku berjudul “Memandu untuk Putra” itu adalah buku cetakan lama, yang ditemukan Kak Diana ketika memeriksa tumpukan buku lama milik kakeknya.

“Ini buku tua yang menjadi bacaan wajib para pandu di seluruh dunia, dan sudah diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia. Mungkin diterbitkan sekitar tahun 1960-an. Buku ini kakak hadiahkan buatmu, karena kakak tahu kamu seorang pramuka dan kamu senang membaca,” tutur Kak Diana ketika menyerahkan buku itu kepada Dion.

Kak Diana, saudara sepupu Dion, juga merupakan seorang pembina pramuka. Namun, karena di lingkungan Gerakan Pramuka diterapkan satuan terpisah, peserta didik putra dibina pembina pramuka putra dan peserta didik putri dibina oleh pembina pramuka putri, maka tentu saja Kak Diana tak langsung membina Dion.

Walaupun demikian, Dion bersama ayah dan ibunya cukup sering berkunjung ke rumah Kak Diana. Ibu Dion adalah adik dari ayah Kak Diana. Di antara waktu kunjungan itu, Dion cukup sering berbincang-bincang tentang kegiatan kepramukaan dengan Kak Diana. Itulah sebabnya, ketika kali ini Dion kembali datang ke rumahnya, Kak Diana segera menyerahkan buku tersebut.

Dion sangat gembira menerima buku itu. Segera setelah mengucapkan terima kasih, Dion mulai membacanya. Di dalam buku itu, terdapat ilustrasi berupa gambar-gambar yang dilukis sendiri oleh Baden-Powell. Di antaranya, sejumlah ilustrasi yang menggambarkan “si Pandir”. Dion kurang mengerti arti kata pandir itu, jadi dia menanyakannya kepada Kak Diana.

“Ya, pandir adalah kata yang sudah lama tak digunakan lagi. Tetapi artinya kurang lebih bodoh, jadi si Pandir berarti si Bodoh,” ujar Kak Diana menjelaskan.

Kak Diana tidak hanya menjelaskan arti kata pandir. Dia bahkan menambahkan data yang pernah dipelajarinya. “Si Pandir adalah terjemahan bebas dari tokoh yang bernama Tommy the Tenderfoot**,” ujar Kak Diana.

Untuk memberi gambaran kepada para pembacanya, Baden-Powell menampilkan tokoh yang dinamakan Tommy, seorang pramuka yang baru bergabung, dan baru mencapai jenjang Tenderfoot, yang bisa disamakan dengan Pramuka Penggalang Ramu, tingkatan terendah dalam golongan Pramuka Penggalang, yaitu pramuka yang berusia 11 sampai 15 tahun.

Baden-Powell mengambarkan Tommy dalam berbagai ilustrasi yang diberi nomor urut. Sebagai seorang yang baru bergabung dalam gerakan pendidikan kepanduan, Tommy masih sering melakukan kebodohan dan kesalahan, yang seharusnya tak boleh dilakukan oleh para pandu. Paling terkenal adalah ilustrasi nomor 9 berjudul “Tommy Tries Smoking” atau dalam Bahasa Indonesia diterjemahkan menjadi “si Pandir Mencoba Merokok”. D situ digambarkan Tommy alias si Pandir sedang memegang kepalanya yang pusing setelah mencoba merokok.

Di bagian bawah ilustrasi itu tertulis kalimat “Tommy thought smoking would give him some fun. But he quickly wished he had never would begun”.

“Nah, ini sudah diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia. Si Pandir berpikir merokok akan memberikannya kesenangan, tetapi dia segera berharap tidak pernah memulainya,” ujar Kak Diana sambil menunjukkan ilustrasi itu dalam buku “Memandu untuk Putra”.

“Betul, Kak,” balas Dion, “Merokok merupakan perbuatan bodoh. Seperti pernah ayah bilang, orang yang merokok seperti orang bakar uang. Uangnya hilang terbakar, malah dapat penyakit. Akhirnya terpaksa harus ke dokter atau rumah sakit, yang berarti harus keluar uang lagi. Benar-benar seperti orang pandir atau bodoh ya, padahal pramuka tentu bukan orang bodoh.”


Catatan Kaki:

*Scouting for Boys adalah buku karangan Bapak Pandu Sedunia, Lord Baden-Powell. Setelah mengajak sekitar 20 anak dan remaja dari Kota Loncon, Inggris, untuk melakukan suatu perkemahan di Pulau Brownsea pada Agustus 1907, Baden-Powell menuangkan pengalamannya selama berkemah. Pengalamannya itu dituliskan secara bersambung mulai Januari 1908 dalam enam serial yang berjudul “Scouting for Boys”. Ternyata serial itu mendapat sambutan baik dari anak-anak dan remaja di banyak tempat. Kemudian, keenam serial itu dibukukan dengan judul sama “Scouting for Boys” yang menjadi awal dari lahirnya gerakan pendidikan kepanduan, gerakan yang dimulai di Inggris kemudian berkembang ke seluruh dunia. Buku itu diterjemahkan ke banyak bahasa, termasuk ke dalam Bahasa Indonesia. Pertama kali, “Scouting for Boys” diterjemahkan menjadi “Memandu untuk Putra”, dan dalam terjemahan berikutnya menjadi “Memandu untuk Pramuka”. alert-info


wYMzmJ.jpg

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama
close
tunasmandiricorp