Presiden Wahid menyampaikan hal itu saat membuka Jambore Nasional (Jamnas) di bumi perkemahan Baturaden, Kabupaten Banyumas, Rabu (4/7). Hadir dalam acara tersebut Ny Hj. Sintha Nuriyah, Gubernur Jawa Tengah Mardiyanto dan Irjen Pol Togar Sianipar dan Ketua Kwarnas Rivai harahap. Jamnas diikuti oleh 10.300 pramuka dari seluruh daerah di Indonesia serta sejumlah delegasi dari luar negeri. Jamnas rencananya berlangsung hingga 12 Juli 2001.
![]() |
DOKUMEN FILATELI JAMNAS 2001 |
Menurut Wahid, nilai-nilai yangdiajarkan dalam kepramukaan sebenarnya sangat luhur dan perlu terus dilestarikan. Berbagai persoalan yang terjadi, kata dia, diakibatkan oleh lenyapnya jiwa-jiwa pramuka yang sebenarnya ada pada sebagian besar warga negara. “Misalnya saja mengenai masalah lingkungan. Gundulnya kawasan hutan yang usianya lebih dari 100 tahun di NTT dan NTB karena memang salah satunya disebabkan oleh tidak adanya nilai-nilai kepramukaan tadi. Makanya saya sangat senang bisa berada di tengah-tengah pramuka ini karena sekali lagi dengan pramuka kita akan bisa bertahan hidup,” kata dia.
BACA JUGA : Ada Logo World Association of Girl Guides and Girl Scouts (WAGGGS) Dalam Benda Filateli Jambore Nasional 1977
Wahid menyatakan ia pernah menjadi anggota pramuka sejak 1951 sampai 1957. Tahun 1954 sampai 1957, Wahid mengaku pernah duduk sebagai pembina kepanduan. Pada acara ini, Presiden menandatangani perangko seri pertama Jamnas 2001 bergambar maskot Jamnas 2001 “Bacil” (Bawor Kecil) dengan latar belakang kawasan Wanawisata Baturaden.
![]() |
kartu maximum / maximum card |
Usai menandatangani perangko, Presiden membuka secara resmi Jamnas 2001 ditandai penekanan tombol yang diikuti dengan terbukanya bunga “Wijayakusuma” buatan yang menurut panitia, beratnya sekitar tiga ton.
Sebelum Wahid tiba di lokasi Jamnas, di sekitar kawasan baturaden terjadi aksi unjukrasa yang dilakukan oleh kelompok mahasiswa pecinta alam yang menamakan dirinya Forum Dinamika Kepecintalaman (Fordik) Purwokerto. Mereka menolak digelarnya Jamnas di areal Wanawisata Baturaden. Pasalnya, di sekitar kawasan tersebut yang teletak persis di lereng selatan Gunung Slamet, terdapat berbagai kekayatan flora fauna langka.
BACA JUGA : Dirjen Postel Terbitkan Prangko Seri Jamnas 1996, Ini Tampilannya
Fordik khawatir, Jamnas yang diikuti oleh puluhan ribu perserta itu justru akan merusak lingkungan dan mempercepat kepunahan sejumlah satwa langka yang populasinya sudah sangat kecil. Aksi damai yang digelar Fordik di Jalan HR Bunyamin Purwokerto, yaitu jalan yang dilewati Presiden Wahid menuju lokasi Jamnas, tiba-tiba diserang oleh sekelompok massa tak dikenal. Massa tak dikenal mengendarai truk nopol R 9354 AD. Mereka membawa pentungan yang terbuat dari bambu dan langsung mengobrak-abrik para demonstran.
BACA JUGA : Jambore Nasional 1981, Jambore Asia Pasifik ke-6
Aksi penyerangan yang dilakukan massa tak dikenal terjadi sebanyak dua kali. Pertama sekitar pukul 09.30 yang berlangusng sangat singkat sekitar 15 menit. Penyerangan kedua, terjadi sekitar pukul 12.15 beberapa saat sebelum Wahid melintasi jalan tersebut.
Massa penyerang dengan beringas memukuli massa mahasiswa. Meski mahasiswa sudah berusaha menyelamatkan diri ke dalam kampus Fisipol Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed), massa penyerang tetap mengejar. Akibatnya, empat orang mahasiswa sempat mengalami luka akibat penyerangan tersebut.
**
(Syaiful Amin- TEMPO )